Yanik adalah nama panggilan dari seorang pelukis yang bernama lengkap I Wayan Andita. Dalam blog ini bisa ditemukan beberapa karyanya sejak dia serius dan total untuk memilih profesi ini (pelukis) sejak tahun 2000, yang sampai saat ini menempatkannya sebagai pelukis otodidak dengan menampilkan karya yang unik dan belum banyak dieksplorasi seniman lain serta tidak banyak diekspos di ranah seni Indonesia. Hal ini bisa dimaklumi karena tehnik yang dia (yanik) kembangkan membutuhkan waktu lama dan skill yang tinggi. Demikian juga baik proses maupun hasilnya masih perlu diperdebatkan antara seni kriya atau seni lukis(murni), antara lukisan atau batik. Sehinga tidak terlalu popular dikalangan seniman dan belum banyak dipasar seni yang lebih mementingkan karya komersial.
Yanik lahir dan tinggal di kampung
seni Ubud, Bali, dari keluarga yang mayoritas adalah seniman. Kekeknya adalah
seorang petani dengan aktifitas sampingan sebagai penari topeng dan undagi
(Balinese Architec). Sebagai anak Bali tulen sejak kecil yanik sudah terbiasa
dengan aktifitas seni seperti menari, menabuh dan melukis. Bahkan dia
sudah mulai menjual karya lukisan sejak sekolah dasar. Bakat dan minatnya di
bidang seni juga datang dari pengaruh aktifitas masyarakat di daerahnya yang
kental dengan budaya kesenian.
Setelah tamat sekolah atas
(SMA)1991, yanik melanjutkan ke Sekolah Tinggi Pariwisata yang waktu itu
bernama BPLP (Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata), karena prospek
pekerjaan di bidang pariwisata sangat menjanjikan, dimana perkembangan
pariwisata di Bali sangat pesat dan membutuhkan banyak tenaga pariwisata.
Diantara kesibukan perkuliahan dan job training di berbagai Hotel, Yanik ikut
aktif dalam organisasi kampus, bahkan mendirikan majalah dinding sebagai media
ekspresi mahasiswa, kebetulan dia juga senang menulis puisi dan cerpen. Bahkan
profesi sebagai model Cat Walk juga pernah dia jalani. Di sela-sela
aktifitasnya yang padat itu, kerinduan untuk melukis tetap dia sediakan waktu.
Pertengahan tahun1993, Yanik
mengalami cedera berat patah tulang leher karena kecelakaan sepeda motor yang
membuat kelumpuhan di hampir semua organ: Kaki, badan termasuk tangan yang
memaksanya untuk menghentikan semua aktifitas fisik. Waktu yang panjang
baik di rumah sakit maupun ketika rawat jalan membuka pikirannya untuk menekuni
kembali bidang seni (lukis) yang selama itu dia anggap sebagai hobby saja.
Pelan tapi pasti mulai dari hanya berbaring di tempat tidur dan duduk di kursi
roda yanik kembali melukis. Dari memegang pencil dengan mulut dan mengikatkan
krayon ke jarinya yang lemah. Dia mulai mengoreskan kegelisahannya. Ini
adalah periode terberat hidupnya ketika harus bertarung dengan keterbatasan
gerak fisik dan ketidakstabilan fungsi syaraf. Serta kondisi mental yang sering
goyah menghadapi masa remajanya yang berubah dratis.
Tahun 1994 dia menjalani operasi
kedua di Adelaide Australia, untuk menyatukan join rahang bawahnya yang tidak
bisa dibuka, dimana sudah lebih dari setahun dia hanya menkomsumsi
makanan yang dicairkan. Di sana dia menyempatkan diri untuk mengunjungi galeri
dan museum seni yang memacu semangatnya untuk menekuni bidang lukisan kembali.
Terinspirasi dari karya suku aborigin, tahun 2000 yanik memamerkan
karya style lukisan batik pertamanya dengan tema Aborigin and Borneo
Collaboration.
Tahun 1996-1997, ketika kondisinya
mulai membaik dan sudah bisa berjalan dengan bantuan tongkat, dia belajar dan
bekerja di sebuah perusahaan Design dan Komunikasi sebagai Grafis Artis. Disana
dia belajar banyak tentang prinsip design baik dari seniornya maupun
pegrafis asing yang nantinya memberikan pengaruh besar terhadap tehnik
melukisnya. Pengamatannya tentang perkembangan seni lukis eropa ketika
berkunjung dan pameran keliling selama 3 bulan di Swiss, menjadikannya semakin
serius melukis. Selanjutnya selama 3 tahun (1997-2000) dia menghabiskan waktu
di studionya dengan melakukan eksperimen baik tehnik maupun gaya lukisan, yang
akhirnya membawanya pada sebuah tehnik baru yang sampai saat ini terus dia
eksplorasi dan kembangkan. Tehnik ini hampir menyerupai tehnik Batik yang sudah
dikenal umum. Tetapi mempunyai latar belakang dan media yang berbeda (lihat
yanik’s batik). Sementara ini yanik menyebut karyanya ini adalah "lukisan Style Batik" di Kertas.
Merasa tidak percaya diri dengan
kemampuannya, tahun 2004 Yanik memutuskan untuk kuliah di ISI (Institute Of
Art) Bali. Tetapi banyaknya nasehat dari para seniornya yang justru menentang
pilihannya itu, membuatnya mundur dan akhirnya memilih kembali jalan Otodidak
dalam berkarya.
Periode tahun 2000an adalah masa
yang paling aktif dan produktif. Tidak hanya dalam bidang seni lukis, tapi
yanik juga aktif di dunia theater, menulis, menerbitkan Bulletin seni
serta mengorganisir berbagai event kesenian.
Biodata
Name : I Wayan Andita (Yanik)
Day of
Birth : May 8th 1972
Address
: Sukma Street, Tebesaya N0: 24 Peliatan Ubud
Phone/HP
: 08123651760
Email
: yanikart@hotmail.com
Education
: Tourism Institute, BPLP, Nusa Dua Bali, 1993,
Institute of Art, ISI Denpasar 2004 (Drop Out)
Selected Exhibitions:
1996, at Bali Padma Hotel, Legian Kuta
1997, Touring and exhibiting in
Switzerland for 3 months, I exhibited in local banks, galleries, restaurants.
1998, (Bursa Seni) at REI office,
Denpasar 1999, “Man Seeing Women” at Pranoto
Gallery, Ubud
2001, Painting and Installations
exhibition title “Bridge” with artis from Jogya and Japan at Borneo Art Studio,
Ubud
2003, Ancol Art Festival, Jakarta.
2004 “ Mantra” (Solo Exhibition) at
Rebel’s Art Gallery, Ubud
2004 “ Pesona
Warna” at Kuta Galleria, Kuta
2004 “ Drawing
Model” at Agung Rai Art Museum, Ubud.
2004 “ Ajeg Bali” Bali TV, Denpasar
2005 “Unity in diversity” at Galeri
Masseri Bali, Ubud
2006 “ Golden Panorama” Kamandalu
Spa & Resort, Ubud.
2007 “Landscape lima rupa” Pilar
Batu, Ubud
2007 “ Gecek Bali” Adipati Fine art
Gallery, Ubud
2008 “Art Asia “ Tokyo, Japan
2009 “Kebangkitan semeton Bali,
green house, Ubud
2009” Metmorphosis” kamalnayan Bajaj
Hall, Mumbai, India
2009 “ Ranting kering” Café Des Artistes, Ubud
2010 “ Koming Fine Art Gallery, Batuan
2010 “ Spirit To Love Art” Kresna Gallery, Batuan.
2011 “1000 tahun Empu Kuturan, Bedulu, Ubud
2011 “ Return” Ganesha Gallery, Four Season
2012 “Kaligrafy Multi Etnik, Dimensi
Gallery Surabaya.
No comments:
Post a Comment